Ka. Balitbang Depdiknas:
Profesi Guru Bakal Memperoleh Tunjangan Khusus
Rahmat Indra (24/11/2005 – 05:40 WIB)
Jurnalnet.com (Jakarta): Semua guru di Indonesia ke depan harus menjadi guru profesional. Mereka akan melewati proses pendidikan profesi guru serta memiliki sertifikasi. Guru yang bisa memperoleh sertifikasi guru itu akan mendapatkan tunjangan khusus dari pemerintah.
“Tunjangan khusus bagi guru yang telah memperoleh sertifikasi guru itu tidak dibedakan, yaitu bagi guru negeri dan guru swasta dengan nama tunjangan profesi,” kata Kepala Balitbang Depdiknas Mansyur Ramli saat menyampaikan amanatnya di depan siswa pemenang tim olimpiade astronomi dan guru pemenang pembuatan media pembelajaran SMA, di Jakarta, Rabu (23/11).
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, katanya, sedang merancang seberapa besar untuk tunjangan profesi guru itu. “Jika tunjangan profesi guru sekitar Rp 1,5juta per orang, sepertinya kemempuan fiskal pemerintah dapat mengatasinya,” katanya.
Menurutnya, program tunjangan bagi profesi guru merupakan suatu revolusi di dunia pendidikan di dalam rangkan mendorong peningkatan mutu guru dan juga untuk meningkatkan kesejahtraan guru itu sendiri. “Hal ini merupakan optimisme bagi bangsa kita terutama peningkatan mutu pendidikan, yang salah satunya dari pembelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK),” katanya
TIK di sekolah
Dalam kesempatan itu Direktur SMA Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Sungkowo Mudjiamano, mengatakan salah satu alat yang memudahkan proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan TIK. “Tujuannya untuk meningkat mutu pendidikan dan menumbuhkembangkan kreatifitas dan apresiasi guru dalam pembuatan media pembelajaran.
Oleh karena itu Depdiknas mengadakan lomba pembuatan media pembelajaran SMA berbasis TIK yang dibagi menjadi dua, yaitu kategori umum dan khusus. Untuk kategori umum, pesertanya dari kalangan guru SMA/SMK/MA/pesantren. Sedangkan kategori khusus, pesertanya bersifat perorangan atau kelompok yang terdiri dari guru-guru maksimal tiga orang.
Untuk jenis lomba yang berbasis komputer ini dibagi dua yaitu Media Presentasi Pembelajaran (MPP) dan Software Pembalajaran Mandiri (SPM). Pada tahab akhir karya perserta dinilai dari aspek: media pembelajaran, teknologi informasi, komunikasi visual, dan instruksional disain.
Topik mata pelajaran yang dilombakan seperti Agama Islam, Bahasa, MIPA, IPS, dan Bimbingan Konseling. Dari hasil lomba ini diperoleh 38 nominator yang masing-masing 21 nominator MPP dan 18 nominator SPM.
Tiga mendali emas MPP dirumpun mata pelajaran MIPA & TIK diraih Heru Suseno (fisika) guru dari SMAN 2 Madiun Jatim, dan Anim Hadisusanto (kimia) guru SMAN 1 Geger Madiun Jatim, rumpun IPS diraih Ardiasyah Paramita (geografi) guru SMA Insan Kamil Bogor Jabar.
Sedangkan dua mendali emas SPM dirumpun mata pelajaran MIPA & TIK diraih Asep Zainal Rahmat (matematika) guru SMA 5 Bogor Jabar, dan Suyud (TIK) guru SMA Bakti Ponorogo Jatim.
Pemenang Olimpiade Astronomi
Ditempat yang sama duta peraih perak dan perunggu Olimpiade Astronomi Pelajar Dunia atau Intrenastional Astronomy Olympiad (IAO) ke sepuluh diterima juga menerima penghargaan dari pemerintah berupa Tabanas. IAO ini telah berlangsung di Beijing China sejak 25 Oktober hingga 2 November 2005 yang diikuti sebanyk 15 negara termasuk Indonesia.
Setiap peserta mesti melakukan tiga tes kemampuan dalam pertandingan dilakukan di Kota Huairou (utara Beijing) tersebut, yaitu observasi, teori, dan praktik pengolahan data. Tim Indonesia yang memperoleh mendali perak adalah Muhammad Iqbal Bakti Utama (SMA Plus Provinsi Riau) dan Hartono Gunawan (SMAK I BPK Penabur, Jakarta). Sedangkan untuk mendali perunggu diraih oleh Fakhri Zahedy (SMA Labschool Kebayoran, Jakarta) dan Ahmad Agung Ahkam (SMA 17 Makassar). Sementara, Hizbullah Abdul Aziz Jabbar (SMA I Yogyakarta) gagal memboyong mendali.
“Prestasi ini sedikit menurun dibanding dengan tahun lalu. Namun mereka tetap membanggakan karena pesaing memang semakin ketat, soal-soal yang sulit, sementara waktu pembinaan sedkit lebih singkat dibanding tahun lalu. Hal ini karena keterlambatan penyelenggaraan seleksi di tingkat kabupaten dan provinsi,” kata Sungkowo Mudjiamano.
Dengan prestasi ini Indonesia mendapat tambahan dua peserta untuk ikut pertandingan yang sama tahun depan. Sehingga pada IAO XI pada bulan November 2006 di India, Indonesia berhak mengirim tiga siswa junior dan empat siswa senior. Tahun ini ada tiga negara yang tak memperoelh mendali yaitu Romania, Swedia dan Lithuania. ***
halooo pak Anim, apa kabarnya??